PANDANGAN ULAMA HANAFIYYAH DAN SYAFI'IYYAH TENTANG KETIDAKMAMPUAN SUAMI DALAM MEMBERI NAFKAH (Pendapat Abdurrahman Al Jaziri dan An Nawawi)

Nafkah merupakan kewajiban primer yang harus dipenuhi atas seorang
suami untuk istri dan anak-anaknya. Kewajiban ini melekat pada diri suami sejak
tali ikatan perkawinan resmi terikat. Untuk melindungi hak istri dalam
memperoleh nafkah, Islam memberikan panduan ketika seorang suami mengalami
ketidakmampuan dalam memberikan nafkah kepada istrinya. Skripsi ini meneliti
tentang ketidakmampuan suami dalam memberi nafkah menurut perspektif ulama
Hanafiyyah dan Syafi‟iyyah. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library
research).
Hasil penelitian ini adalah standar ketidakmampuan suami dalam memberi
nafkah menurut ulama Hanafiyyah dan ulama Syafi‟iyyah dilihat dari kemampuan
suami dalam memenuhi tiga jenis nafkah, yaitu makanan, pakaian, dan tempat
tinggal menurut ulama Hanafiyyah dan Syafi‟iyyah. Menurut ulama Hanafiyyah
jika suami tidak mampu memberi nafkah pada istri maka istri diperintahkan untuk
berhutang dan hutang itu menjadi tanggung jawab suami. Sedangkan menurut
ulama Syafi‟iyyah jika suami tidak mampu memberi nafkah pada istri, maka jika
istri bersabar maka ia dapat mencukupi kebutuhan dirinya dengan hartanya atau
melalui berhutang dan hutang tersebut menjadi tanggungan suaminya. Namun,
jika istri tidak mampu bersabar maka ia berhak mengajukan gugatan fasakh ke
hakim.